JAGA BUMI PUNYA CERITA

By : Hari Dom
Jika anda ingin tahu kisah program Jaga Bumi-nya Klenthing, simaklah kisah yang ada di bawah ini dengan seksama. Jaga bumi telah menjadi kegiatan rutin teman-teman setiap Kamis di SD Langensari, Yogyakarta. Jika sekolah kalian ingin program Jaga Bumi juga, panggillah teman-teman Klenthing ke SD kalian.
Yuu..huu…!! waktu menunjukkan pukul 12.15. Anak-anak kelas 3 SD Langensari, Klitren, Yogyakarta, segera mengemasi alat-alat tulisnya. Kemudian mereka berhamburan keluar kelas menuju halaman sekolah. Apa yang terjadi? Apakah ada gempa lagi? Oh, ternyata tidak. Bumi masih tenang-tenang saja. Atau mereka mau pulang? Hmm, ternyata tidak juga. Ternyata, mereka berkumpul di halaman sekolah. Ada yang duduk-duduk, ada juga yang bermain dan berlari-larian.
Beberapa saat kemudian dari gerbang sekolah muncul beberapa anak muda. Kehadiran mereka ternyata menarik perhatiaan anak-anak kelas 3 tadi, dan mereka-pun berhamburan menyambut kehadiran sekelompok anak muda tadi. Siapa sih, mereka? Ternyata sekelompok anak muda tadi adalah tim fasilitator dari Klenthing (Kelompok Pecinta Ilmu Penghetahuan dan Lingkungan) Yogyakarta yang mengadakan kegiatan pendampingan lingkungan “Jaga Bumi” di sekolah mereka. Sebuah program pendidikan sebagai wahana bermain bagi anak-anak untuk belajar tentang lingkungan hidup mereka.
“Kak, papan-papan itu untuk apa, sih?” tanya beberapa anak menunjuk pada papan-papan warna-warni yang dibawa oleh teman-teman dari Klenthing. “Kita lihat saja nanti”, itulah jawaban yang membuat penasaran.
Hari itu (Kamis, 8/5/08) mereka bermain “Perahu pembersih dan pemilah sampah”, sebuah modifikasi dari permainan crocodile trap. Permainan ini merupakan permainan kelompok. Setiap kelompok beranggotakan kurang lebih 7 anak. Dalam permainan,
mereka harus mengarungi danau sampah seluas 10 x 10 meter, menggunakan 4 buah papan yang berbeda ukuran. Mereka harus menaiki papan-papan tadi tanpa menginjak tanah, karena menginjak tanah berarti tenggelam dalam danau.
Dalam perjalanannya. mereka harus mengumpulkan sampah yang dijumpai. Lalu, mereka harus memilah serta memasukkannya ke dalam kantong plastiknya masing-masing, sesuai dengan jenis sampah yang mereka ambil. Tiap kelompok dibekali 4 kantong plastik untuk 4 jenis sampah (plastik, daun, kertas, dan kaleng). Tiap pemilahan yang benar mendapat nilai. Sebaliknya, salah memasukkan berarti tidak mendapat nilai. Selain tugas memungut sampah, mereka juga wajib menjaga papan perahu mereka agar tidak diserang oleh buaya yang diperankan oleh fasilitator.
Kegiatan dimulai dengan pembagian kelompok dengan menggunakan pemilihan warna bungkus permen yang mereka sukai. Fasilitator memberikan pilihan 4 warna sesuai dengan warna papan yang tersedia. Setelah kelompok terbentuk, mereka berkumpul dengan fasilitator tiap kelompok untuk mendapat penjelasan tentang aturan main dan berlatih selama beberapa menit.
Hmm.. ternyata ada yang kesulitan. “Kak, gimana nih, kok tidak bisa jalan?” Anak-anak didorong untuk bisa menemukan caranya sendiri.
Setelah semua siap, permainan pun dimulai. Tiap kelompok mulai bergerak dari sisi lapangan yang berbeda. Pemimpin kelompok senantiasa memberi komando kepada teman-temannya untuk segera bergerak dan juga berhati-hati dari ancaman buaya. Mereka antusias mengumpulkan sampah dengan diiringi pekikan saling mengingatkan tentang jenis sampah yang mereka ambil.
Sampah segera berpindah tangan jika sampah itu tidak sesuai dengan kantong yang dibawanya. Dalam sekejap, kumpulan sampah berkurang drastis menyisakan sampah yang tersebar berjauhan dan mereka-pun berpacu untuk mencapai sampah-sampah yang tersisa.
Beberapa kaki keluar dari papan, beberapa terlena dan tidak berhati-hati, sehingga ada papan yang direbut oleh buaya. Ada tawar-menawar dengan buaya apakah mereka akan bergerak dengan papan yang tersisa atau meminta papan yang direbut buaya dengan pemotongan nilai yang agak besar. Tidak ada ruang untuk bermain curang, karena selain buaya, anggota kelompok yang lain juga akan segera berteriak ketika ada kelompok lain yang keluar dari papan ataupun mencoba untuk berbuat curang.
Setengah jam berjuang di tengah danau, peluit akhir permainan pun berbunyi. Setelah mencapai tepi danau, mereka segera berkumpul dengan fasilitator tiap kelompok untuk memeriksa dan menghitung sampah yang berhasil mereka kumpulkan. Ketika angka terakhir berhasil dihitung, mereka pun bersorak kegirangan tanpa mempedulikan berapa angka yang berhasil diperoleh oleh kelompok yang lain. Kita sudah lakukan yang terbaik, kawan!! Mungkin begitu motto mereka.
Semua kelompok selesai menghitung nilai dan mereka pun berkumpul dalam forum besar untuk mengumumkan perolehan nilai yang berhasil dikumpulkan oleh tiap kelompok. Sebelum mengumumkan perolehan nilai, fasilitator mengajak anak-anak untuk me-review permainan yang baru saja mereka mainkan. Dalam pembahasan ini, tak lupa, fasilitator menyisipkan materi tentang jenis-jenis sampah dan kenapa sampah harus dipilah. Tanya jawab ringan diiringi dengan canda tawa segera terlontar. Anak-anak tak segan berkomentar, bertanya, ataupun menjawab pertanyaan. Suasana yang bersahabat dan kedekatan anak-anak dengan fasilitator membuat semuanya menjadi mungkin.
Setelah review dirasa cukup, fasilitator segera mengumumkan perolehan angka tiap-tiap tim. Tidak ada perbedaan yang mencolok. Tidak ada yang menang dan kalah karena semua berhasil melakukan tugas. Walau begitu, toh fasilitator juga harus menentukan peringkat untuk membagikan reward berdasarkan nilai mereka. Hari ini fasilitator ingin yang segar-segar, jadi hadiahnya buah-buahan saja, ya…
Setelah hadiah dibagikan, kita mengakhiri kegiatan dengan berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu anak diikuti dengan “tosss” bersama. “Jaga Bumi….!!! Siaaap!!!!”
See you next week….

Tidak ada komentar: